Sabtu, 23 Agustus 2008

Syair

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Puisi terbagi menjadi tiga golongan, yakni:
1. Puisi lama
2. Puisi Baru
3. Puisi Modern

1. Puisi lama merupakan jenis karangan yang terikat bentuk sajak maupun jumlah baitnya. Biasanya jumlah baitnya 4-4-4-4 dan bersajak a-a-a-a atau a-b-a-b. Jenis-jenis puisi lama antara lain:

  1. Talibun
  2. Gurindam
  3. Pantun
  4. Pantun Berkait
  5. Bidal
  6. Kwatrin
  7. Soneta
  8. Mantera
  9. Teka-teki
  10. Pupuh/tembang
  11. Ungkapan

1. Talibun

Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya.


a. Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:

  • Ia merupakan sejenis puisi bebas
  • Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian
  • Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci
  • Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita
  • Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya
  • Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll)
  • Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara
  • Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara


b. Tema Talibun
Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:

  • Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll
  • Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa
  • Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang
  • Mengisahkan kecantikan seseorang Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia

2. Gurindam

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Contoh Gurindam:

Gurindam
· Barang siapa tiada memegang agama,sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
· Barang siapa mengenal yang empat,maka ia itulah orang yang ma'rifat
· Barang siapa mengenal Allah,suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
· Barang siapa mengenal diri,maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
· Barang siapa mengenal dunia,tahulah ia barang yang teperdaya.
· Barang siapa mengenal akhirat,tahulah Ia dunia mudarat.

(Raja Ali Haji)

3. Bidal

Bidal bisa juga disebut ungkapan peribahasa yang memiliki arti. Memiliki irama dan rima. Bidal biasa digunakan pada sebagai sindiran, nasehat maupun kritikan.

Contoh Bidal:

1. Ada ubi ada talas, ada budi ada balas

2. Tua-tua keladi, makin tua makin jadi

3. Sekali mengayuh dayung, dua tiga pulau terlampaui

4. Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu

4. Kwatrin

Kwatrin merupakan jenis puisi juga yang terdiri atas 4 baris tiap sajaknya. Tidak jauh beda dengan Gurindam, Kwatrin dalam sastra melayu sering digunakan sebagai kata2 sindiran maupun ungkapan atas isi hati yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hampir ada kesamaannya dengan pantun namun kwatrin lebih berbeda dalam hal perpaduan antara lirik dan dialog. Pada intinya kwatrin lebih kaya kata ketimbang pantun atau puisi.

Contoh Kwatrin:

sepotong bulan sepotong semangka
bulan di cakrawala
semangka di atas meja
keduanya tak punya kata

5. Soneta

Adalah sajak yang terdiri dari 14 baris maupun lebih umumnya bersajak a-b-b-a.

Contoh Soneta:

Soneta Nusantara

Semoga para pujangga kawi ~ Sudilah datang ke bumi kita ~ Membawa damai mengucap sabda ~ Curahan sejuk peneduh hati ~ Kiranya terbit di fajar pagi ~ Senyuman manis sebagai tanda ~ Ikatan batin sahabat lama ~ Terjalin ulang bersambung lagi ~ Alunan kata asmara indah ~ Merajut rasa mengambil alih ~ Sehingga cinta terangi kelam ~ Semakin mekar asmara indah ~ Dorongan rasa nuansa kasih ~ Sampaikan kata ucapan salam.

Pupuh

Pupuh ( Sunda: Pepeuh ) adalah bentuk puisi tradisional bahasa Sunda yang memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu di setiap barisnya. Terdapat 17 jenis pupuh, masing-masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk tema cerita yang berbeda.

[sunting] Jenis
Asmarandana, bertemakan cinta kasih, birahi
Balakbak, bertemakan lawak, banyolan
Dangdanggula, bertemakan ketentraman, keagungan, kegembiraan
Durma, bertemakan kemarahan, kesombongan, semangat
Gambuh, bertemakan kesedihan, kesusahan, kesakitan
Gurisa, bertemakan khayalan
Jurudemung, bertemakan kebingungan
Kinanti, bertemakan penantian
Lambang, bertemakan lawak dengan aspek renungan
Magatru, bertemakan penyesalan
Maskumambang, bertemakan kesedihan yang mendalam
Mijil, bertemakan kesedihan yang menimbulkan harapan
Pangkur, bertemakan perasaan sebelum mengemban sebuah tugas berat
Pucung, bertemakan rasa marah pada diri sendiri
Sinom, bertemakan kegembiraan
Wirangrong, bertemakan rasa malu akan tingkah laku sendiri
Ladrang, bertemakan sindiran

Pada puisi baru hampir sama dengan puisi lama hanya saja tidak begitu terikat jumlah baris pada tiap baitnya

Jenis puisi baru berdasarkan jumlah baris:

  • Distikhon, sajak 2 larik.
  • Terzina, sajak 3 larik.
  • Kuatrain, sajak 4 larik.
  • Kuint, sajak 5 larik.
  • Sektet, sajak 6 larik.
  • Septina, sajak 7 larik.
  • Oktaf / Stanza, sajak 8 larik.
  • Soneta, sajak yang terdiri dari 14 baris dan 4 bait umumnya berpola 4-4-3-3.
  • Sajak bebas.

(Sumber: Dhiayi’s Information Centre&sejuta-puisi.blogspot.com)

Puisi modern lebih banyak disebut sajak bebas dan tidak terikat jumlah bait maupun corak sajaknya.

Tidak ada komentar: